SBK5
Prosedur Pembuatan Batik
Teknik pokok batik terdiri dari batik tulis dan
batik cap. Batik tulis adalah batik yang dikerjakan dengan canting
tulis. Batik cap adalah batik yang dikerjakan dengan teknik cap. Namun
ada juga batik yang dikerjakan dengan gabungan dua teknik tersebut,
yaitu gabungan teknik tulis dengan cap. Batik seperti ini disebut dengan
batik kombinasi.
Banyaknya proses
pengerjakan batik tergantung dari jumlah pewarnaan (celup). Batik
monokrom dikerjakan dengan sekali proses (mbabar sepisan). Untuk batik
dengan dua warna dikerjakan dengan dua kali proses (mbabar pindo).
Sementara batik tiga warna dikerjakan dengan tiga kali proses atau
disebut batik tiga negeri sebagai salah satu ciri batik pesisiran.
Setiap proses pembatikan pada dasarnya mengalami proses yang sama,
sebagai berikut :
A. Pemalaman
Membatik adalah
pekerjaan yang saling berurutan, artinya satu langkah dapat dikerjakan
jika langkah sebelumnya telah selesai dikerjakan. Setiap tahap dapat
dikerjakan oleh orang yang berbeda. Sepotong mori tidak dapat dikerjakan
oleh beberapa orang dalam waktu yang sama untuk beberapa tahapan.
Tahapan-tahapan pemalaman dengan canting tulis adalah sebagai berikut ;
1. Membuat Kerangka
Membuat kerangk (mola), adalah membuat kerangka pola secara garis besar. Pembuatan pola dengan menggunakan pensil disebut mola. Pembuatan
pola dengan pensil hanya untuk batik tulis, sedangkan untuk batik cap
tidak dibutuhkan pembuatan pola dengan pensil. Hal itu karena motif hias
sudah ada pada permukaan canting cap.
Pembuatan pola tanpa
melalui pembuatan pola dengan pensil atau membuat pola langsung dengan
menggunakan canting disebut dengan istilah ngrujak. Pekerjaan ini hanya
dilakukan oleh orang yang sudah mahir (profesional). Dan hasil pekerjaan
ini disebut batikan klowongan atau klowongan. Bentuk batik klowongan
adalah motif pokok. Canting yang digunakan adalah canting klowongan yang
memiliki cucuk ukuran sedang.
2. Ngisen-isen
Ngisen-isen adalah
melengkapi pola yang masih berbetuk kerangka (klowongan) atau motif
pokok dengan motif isen-isen, seperti sawut, ukel, dan sebagainya.
Ngisen-iseni menggunakan canting khusus seperti canting cecekan, canting
prapatan, atau canting piton. Setiap pekerjaan ngisen-iseni memiliki
nama sendiri-sendiri. Pemberian nama pada pekerjaan ngisen-iseni
tergantung dari jenis canting yang digunakan.
Nama jenis canting
diubah menjadi kata kerja dan dijadikan nama pekerjaan, sedangkan nama
hasil pekerjaan diambil dari nama canting yang digunakan. Misalnya
pekerjaan nyeceki adalah pekerjaan yang menggunakan canting cecekan.
Hasil pekerjaannya disebut cecekan. Pekerjaan neloni adalah pekerjaan
yang menggunakan canting telon. Hasil pekerjaannya disebut neloni.
Pekerjaan mrapati dilakukan dengan canting prapatan. Hasil pekerjaannya
disebut prapatan. Kain batik yang telah dikerjakan gambar kerangkanya
(mola) dan dilengkapi dengan isen-isennya disebut dengan nama
reng-rengan.
3. Nerusi
Pekerjaan nerusi
merupakan pekerjaan penyelesaian kedua. Nerusi adalah membuat pola dan
isen-isen di sebaliknya kain reng-rengan. Caranya adalah batik
reng-rengan dibalik, kemudian di bagian belakang tersebut dibatik dengan
pola yang sama dengan batikan reng-rengan. Dengan demikian, batikan
bagian muka dan belakang kain mori akan sama. Proses ini sangat penting
untuk membuat fungsi lilin malam sebagai perintang warna akan menjadi
sempurna karena warna antarpola tidak merembes dan bercampur.
4. Nembok
Nembok dilakukan dalam
batik dengan proses beberapa kali pewarnaan. Ketika sebuah batikan tidak
seluruhnya akan diberi warna karena suatu bagian akan diberi warna lain
maka bagian yang tidak akan diberi warna ditutup dengan malam.
Pemalaman seperti ini disebut nembok. Cara nembok seperti membatik
bagian tertentu dengan canting tembokan. Pekerjaan nembok biasanya
menggunakan jenis malam dengan kualitas rendah.
5. Mbliriki
Mbliriki adalah proses
nerusi, namun untuk bagian-bagian tembokan. Mbliriki memiliki fungsi
yang sama dengan nerusi, yaitu membuat batikan dibagian belakangmori,
namun berbeda bagian. Hasil pekerjaan mbliriki disebut blirikan. Seperti
nembok blirikan juga menggunakan canting tembokan dan caranya seperti
nemboki.
B. Teknik dan Istilah Pewarnaan Batik
Proses selanjutnya
setelah proses pembuatan pola yaitu pemberian warna. Pemberian warna ini
pada tempat atau bagian kain yang terbuka sedangkan pada bagian kain
yang tertutup lilin malam tidak terkena warna atau tidak berwarna. Oleh
karena itu jumlah pemberian lilin malam tergantung dari jumlah warna
yang digunakan.
Di dalam proses
pewarnaan batik dikenal beberapa istilah. Macam-macam istilah pewarnaan
tersebut, antara lain medel, celupan warna dasar, menggadung, coletan
atau dulitan, dan menyoga.
1. Medel
Medel adalah memberi
warna biru tua pada kain setelah kain dicap klowongan dan di cap tembok
atau selesai di tulis. Untuk kain sogan kerokan, medel merupakan warna
pertama yang diberikan pada kain. Medel dilakukan secara celupan. Dahulu
bahan yang dipakai untuk medel adalah nila dari daun indigofera (daun
tom) karena cat pewarna ini mempunyai daya pewarnaan lambat sehingga
celupan dilakukan berulang-ulang. Selanjutnya untuk medel dipakai zat
pewarna indogo synthetis. Cara pencelupannya sama dengan indigo alam.
Medel dengan zat warna naphtol cara pencelupannya lebih cepat. Hal ini
karena pencelupan hanya dilakukan satu kali.
2. Celupan Warna Dasar
Teknik celupan warna
dasar digunakan pada proses membatik yang tidak dilakukan pada kain mori
yang masih berwarna putih. Artinya ketika proses pemalaman kain sudah
diberi warna dasar. Oleh karena itu batik ini sering disebut batik
berwarna.
Batik-batik berwarna
seperti batik Pekalongan, batik cirebon, dan batik banyumas tidak di
wedel, tetapi sebagai gantinya diberi warna yang lain, seperti
warna-warna hijau, violet, merah, kuning, orange, dan warna-warna yang
lain. Agar warna dasar pada pewarnaan berikutnya tidak berubah atau
tidak tertindih warna lain, maka perlu ditutup dengan lilin batik. Oleh
karena itu zat warna yang dipakai adalah yang mempunyai ketahanan yang
baik, seperti ; indigosol, naphtol, atau indanthreen.
3. Menggadung
Menggadung adalah
menyiram kain dengan larutan zat pewarna. Kain diletakkan terbuka rata
di atas papan atau meja, kemudian di siram dengan larutan pewarna. Cara
pewarnaan ini menghemat zat warna, tetapi hasil warnanya kurang rata
sehingga larutan cat itu diratakan dengan disapu-sapu. Pewarnaan batik
secara menggadung ini dikerjakan oleh para pembuat batik Pekalongan
untuk memberi warna pada kain batik sarung atau batik buketan.
4. Coletan atau Dulitan
Pewarnaan dengan cara
coletan atau dulitan ialah memberi warna pada kain batik setempat dengan
larutan zat warna yang dikuaskan atau dilukiskan di daerah yang
diwarnai dengan dibatasai oleh garis-garis lilin sehingga warna tidak
menerobos daerah yang lain. Biasanya untuk coletan dipakai cat rapid
atau indigosol. Di daerah pantai utara Jawa, seperti Gresik, pewarnaan
semacam ini disebut dulitan dan kain batik yang dihasilkan disebut kain
dulitan. Hal ini sudah dikerjakan sejak dahulu. Di daerah Pekalongan,
coletan ini banyak digunakan pada batik buketan.
5. Menyoga
Menyoga adalah memberi
warna coklat pada kain batik. Untuk kain sogan Yogya dan Solo, menyoga
merupakan pewarnaan terakhir. Dahulu warna coklat atau warna soga dibuat
dari zat pewarnaan tumbuh-tumbuhan, antara lain kulit pohon soga
sehingga sampai sekarang mencelup batik dengan warna ini disebut menyoga
dan warna coklat pada kain b atik disebut warna soga. Warna soga dapat
diperoleh dengan zat-zat warna dari tumbuhan yang disebut soga Jawa dan
zat warna soga synthetis, seperti soga Ergan, soga Chroom, soga Kopel,
zat warna Napthol, zat warna indigosol, atau kombinasi (campuran)dari
beberapa zat warna tersebut.
Tahap pewarnaan ini
tidak dapat dipisahkan dengan tahap pemalaman. Setiap tahapan diberi
warna, seperti pewarnaan satu, pewarnaan dua, pewarnaan tiga dan
seterusnya. Di dalam batik pewarnaan dengan satu warna dilakukan sekali
proses yang disebut dengan babar sepisan (babar sekali). Pewarnaan
dengan dua warna disebut babar pindo (babar dua kali), dan tiga kali
pewarnaan disebut babar tiga negeri.
Pewarnaan teknik celup
adalah mencelupkan seluruh bagian kain batik ke dalam larutan warna.
Untuk penggunaan warna dari napthol dibutuhkan dua kali pencelupan.
Celupan pertama disebut celupan napthol. Pada celupan pertama warna yang
dikehendaki belum muncul. Baru pada celupan kedua warna akan muncul.
Pencelupan kedua disebut penggaraman karena yang digunakan adalah zat
kimia garam (RC). Celupan kedua berfungsi untuk memunculkan dan
menguatkan warna yang dikehendaki.
C. Penghilangan Lilin (Pelorodan)
Menghilangkan lilin
(malam) pada batik dapat bersifat menghilangkan sebagian atau
menghilangkan keseluruhan lilin. Menghilangkan sebagian atau setempat
adalah melepas lilin pada tempat atau bagian-bagian tertentu dengan cara
mengerok dengan alat sejenis pisau. Pekerjaan dengan cara mengerok ini
disebut ngerok atau ngerik. Pekerjaan ini dilakukan
setelah kain di wedel untuk batik sogan dari Solo atau Yogyakarta.
Maksud dari pekerjaan ini ialah membuka lilin klowongan, dimana pada
bekas lilin yang dikerok ini nantinya akan diberi warna soga.
Penghilangan lilin secara keseluruhan dapat dilakukan pada pertengahan maupun akhir proses pembuatan kain batik Penghilanagn lilin secara keseluruhan disebut pelorodan. Pada batik Pekalongan proses ini sering dilakukan. Pelorodan yang dilakukan ditengah proses pembatikan biasanya dilakukan untuk memberikan warna lain pada jejak lilin yang dilorod. Pada bagian-bagian pola yang diinginkan, dibiarkan putih dicanting (ditutup) ditutup kembali dengan lilin. Sementara bagian lain yang akan diwarna tertentu dibiarkan tanpa ditutup lilin.
Pelorodan pada akhir proses pembuatan batik disebut dengan mbabar atau ngebyok. Pelepasan dilakukan dengan menggunakan air panas. Lilin akan meleleh dalam air panas sehingga terlepas dari kain. Untuk kain dengan pewarnaan dari bahan alam, air panas diberi kanji. Sementara untuk pelorodan kain batik dengan pewarnaan dengan warna sintetis air panasnya diberi soda abu. Lilin dapat dihilangkan dengan menyeterika. Penghilangan lilin malam dengan seterika dilakukan sebagai berikut ;
Penghilangan lilin secara keseluruhan dapat dilakukan pada pertengahan maupun akhir proses pembuatan kain batik Penghilanagn lilin secara keseluruhan disebut pelorodan. Pada batik Pekalongan proses ini sering dilakukan. Pelorodan yang dilakukan ditengah proses pembatikan biasanya dilakukan untuk memberikan warna lain pada jejak lilin yang dilorod. Pada bagian-bagian pola yang diinginkan, dibiarkan putih dicanting (ditutup) ditutup kembali dengan lilin. Sementara bagian lain yang akan diwarna tertentu dibiarkan tanpa ditutup lilin.
Pelorodan pada akhir proses pembuatan batik disebut dengan mbabar atau ngebyok. Pelepasan dilakukan dengan menggunakan air panas. Lilin akan meleleh dalam air panas sehingga terlepas dari kain. Untuk kain dengan pewarnaan dari bahan alam, air panas diberi kanji. Sementara untuk pelorodan kain batik dengan pewarnaan dengan warna sintetis air panasnya diberi soda abu. Lilin dapat dihilangkan dengan menyeterika. Penghilangan lilin malam dengan seterika dilakukan sebagai berikut ;
- Siapkan meja kerja dengan alas koran bekas.
- Siapkan pula kertas koran lain dan kertas tisu.
- Letakkan kain batik yang akan dihilangkan lilin malamnya di atas kertas koran bekas. Di atas kain diletakkan kertas tisu beberapa lembar sesuai kebutuhan.
- Letakkan lagi (di atas tisu) selembar kertas koran.
- Setelah seterika panas, letakkan di atas kertas koran paling atas. Gosok-gosokkan seterika beberapa saat.
- Angkat kertas koran paling atas dan kertas tisu. Dengan pemanasab seterika tersebut, lilin malam akan meleleh dan menempel pada kertas tisu.