IPS 5
Gambar Pahlawan Nasional untuk Sekolah Dasar
Bung Tomo (Sutomo)
Sutomo lahir di Surabaya, Jawa Timur, 3 Oktober 1920 – meninggal di Padang Arafah, Arab Saudi, 7 Oktober 1981 pada umur 61 tahun. Ia lebih dikenal dengan sapaan akrab oleh rakyat sebagai Bung Tomo, adalah pahlawan yang terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA, yang berakhir dengan pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.Sutomo dilahirkan di Kampung Blauran, di pusat kota Surabaya. Ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo, seorang kepala keluarga dari kelas menengah. Ia pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, sebagai staf pribadi di sebuah perusahaan swasta, sebagai asisten di kantor pajak pemerintah, dan pegawai kecil di perusahan ekspor-impor Belanda.
HOS Cokroaminoto
Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, lahir di Ponorogo, Jawa Timur, 16 Agustus 1882 – meninggal di Yogyakarta, Indonesia, 17 Desember 1934
pada umur 52 tahun. Ia bernama lengkap Raden Hadji Oemar Said
Tjokroaminoto, pahlawan nasional sekarang lebih dikenal dengan nama
H.O.S Cokroaminoto, lahir Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, 16 Agustus
1882. Ia merupakan seorang pemimpin salah satu organisasi yaitu Sarekat
Islam (SI). Ia kemudian meninggal pada umur 52 tahun yaitu tanggal 17
Desember 1934 di Yogyakarta.
Tjokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah bernama
R.M. Tjokroamiseno, salah seorang pejabat pemerintahan pada saat itu.
Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah juga menjabat sebagai Bupati
Ponorogo.
Pangeran Antasari
Pangeran Antasari (lahir di Kayu Tangi, Kesultanan Banjar, 1797 atau 1809– meninggal di Bayan Begok, Hindia-Belanda, 11 Oktober 1862 pada umur 53 tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia.
Ia adalah Sultan Banjar. Pada 14 Maret 1862, beliau dinobatkan sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan Banjar) dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin dihadapan para kepala suku Dayak dan adipati (gubernur) penguasa wilayah Dusun Atas, Kapuas dan Kahayan yaitu Tumenggung Surapati/Tumenggung Yang Pati Jaya Raja.
Martha Christina Tiahahu
Martha Christina Tiahahu
(lahir di Nusa Laut, Maluku, 4 Januari 1800 – meninggal di Laut Banda,
Maluku, 2 Januari 1818 pada umur 17 tahun) adalah seorang gadis dari
Desa Abubu di Pulau Nusalaut. Lahir sekitar tahun 1800 dan pada waktu
mengangkat senjata melawan penjajah Belanda berumur 17 tahun. Ayahnya
adalah Kapitan Paulus Tiahahu, seorang kapitan dari negeri Abubu yang
juga pembantu Thomas Matulessy dalam perang Pattimura tahun 1817 melawan
Belanda.
Cut Nyak Dhien
Cut Nyak Dhien (ejaan lama: Tjoet Nja' Dhien,
Lampadang, Kerajaan Aceh, 1848 – Sumedang, Jawa Barat, 6 November 1908;
dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang) adalah seorang Pahlawan Nasional
Indonesia dari Aceh
yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh. Setelah wilayah VI
Mukim diserang, ia mengungsi, sementara suaminya Ibrahim Lamnga
bertempur melawan Belanda. Ibrahim Lamnga tewas di Gle Tarum pada
tanggal 29 Juni 1878 yang menyebabkan Cut Nyak Dhien sangat marah dan
bersumpah hendak menghancurkan Belanda.
Cipto Mangunkusumo
dr. Tjipto Mangoenkoesoemo lahir di Pecangakan, Ambarawa, Semarang, 1886 – Jakarta, 8 Maret 1943. Ia adalah
seorang tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia. Bersama dengan Ernest
Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara
ia dikenal sebagai "Tiga Serangkai" yang banyak menyebarluaskan ide
pemerintahan sendiri dan kritis terhadap pemerintahan penjajahan Hindia
Belanda. Ia adalah tokoh dalam Indische Partij, suatu organisasi
politik yang pertama kali mencetuskan ide pemerintahan sendiri di tangan
penduduk setempat, bukan oleh Belanda. Ia wafat pada tahun 1943 dan dimakamkan di TMP Ambarawa.
Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin, lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12
Januari 1631 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670
pada umur 39 tahun) adalah Raja Gowa ke-16 dan pahlawan nasional
Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe
sebagai nama pemberian dari Qadi Islam Kesultanan Gowa yakni Syeikh
Sayyid Jalaludin bin Muhammad Bafaqih Al-Aidid, seorang mursyid tarekat
Baharunnur Baalwy Sulawesi Selatan sekaligus guru tarekat dari Syeikh
Yusuf dan Sultan Hasanuddin. Setelah menaiki Tahta sebagai Sultan, ia
mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin saja. Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het Oosten oleh Belanda yang artinya Ayam Jantan/Jago dari Benua Timur.
Ia dimakamkan di Katangka,
I Gusti Ngurah Rai
Kolonel TNI Anumerta I Gusti Ngurah Rai lahir di Desa Carangsari, Petang, Kabupaten Badung, Bali, Hindia
Belanda, 30 Januari 1917 – meninggal di Marga, Tabanan, Bali, Indonesia,
20 November 1946 pada umur 29 tahun) adalah seorang pahlawan Indonesia
dari Kabupaten Badung, Bali.
Ngurah Rai memiliki pasukan yang bernama "TOKRING" KOTOK GARING
melakukan pertempuran terakhir yang dikenal dengan nama Puputan
Margarana.
(Puputan, dalam bahasa bali, berarti "habis-habisan", sedangkan
Margarana berarti "Pertempuran di Marga"; Marga adalah sebuah desa
ibukota kecamatan di pelosok Kabupaten Tabanan, Bali)
.
Jenderal Soedirman
Jenderal Besar Raden Soedirman, lahir 24 Januari 1916 – meninggal 29 Januari 1950 pada umur 34 tahun, ia adalah seorang perwira tinggi Indonesia pada masa Revolusi Nasional
Indonesia. Menjadi panglima besar Tentara Nasional Indonesia pertama, ia
secara luas terus dihormati di Indonesia. Perlawanan gerilyanya ditetapkan sebagai sarana
pengembangan esprit de corps bagi tentara Indonesia, dan rute
gerilya sepanjang 100-kilometer (62 mil) yang ditempuhnya harus diikuti
oleh taruna Indonesia sebelum lulus dari Akademi Militer. Soedirman
ditampilkan dalam uang kertas rupiah
keluaran 1968, dan namanya diabadikan menjadi nama sejumlah jalan,
universitas, museum, dan monumen. Pada tanggal 10 Desember 1964, ia
ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Kapitan Pattimura
Pattimura, juga dikenal dengan nama Kapitan Pattimura adalah pahlawan Maluku dan merupakan Pahlawan nasional Indonesia.
- Menurut buku biografi Pattimura versi M Sapija menulis, "Bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau merupakan nama orang di negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan".
- Menurut Mansyur Suryanegara. Dia mengatakan dalam bukunya Api Sejarah bahwa Ahmad Lussy atau dalam bahasa Maluku disebut Mat Lussy, lahir di Hualoy, Seram Selatan (bukan Saparua seperti yang dikenal dalam sejarah versi pemerintah). Dia adalah bangsawan dari kerajaan Islam Sahulau, yang saat itu diperintah Sultan Abdurrahman. Raja ini dikenal pula dengan sebutan Sultan Kasimillah (Kazim Allah/Asisten Allah). Dalam bahasa Maluku disebut Kasimiliali.
Ki Hadjar Dewantara
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hadjar Dewantara;
lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959
pada umur 69 tahun.
Pangeran Dipanegara
Pangeran Dipanegara, juga sering dieja Diponegoro
(lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 – meninggal di Makassar,
Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun) adalah salah
seorang pahlawan nasional Republik Indonesia. Pangeran Diponegoro
terkenal karena memimpin Perang Diponegoro/Perang Jawa
(1825-1830) melawan pemerintah Hindia-Belanda. Perang tersebut tercatat
sebagai perang dengan korban paling besar dalam sejarah Indonesia.
Raden Adjeng Kartini
Raden Adjeng Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 – meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun, atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini adalah seorang tokoh suku Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.
Sisingamangaraja XII
Sisingamangaraja XII lahir di Bakara, 18 Februari 1845 – meninggal di Dairi, 17 Juni 1907
pada umur 62 tahun adalah seorang raja di negeri Toba, Sumatera Utara,
pejuang yang berperang melawan Belanda, Sisingamangaraja XII nama kecilnya adalah Patuan Bosar, yang kemudian digelari dengan Ompu Pulo Batu. Ia juga dikenal dengan Patuan Bosar Ompu Pulo Batu,
naik tahta pada tahun 1876 menggantikan ayahnya Sisingamangaraja XI
yang bernama Ompu Sohahuaon, selain itu ia juga disebut juga sebagai raja imam. Penobatan Sisingamangaraja XII sebagai maharaja di negeri Toba bersamaan dengan dimulainya open door policy
(politik pintu terbuka) Belanda dalam mengamankan modal asing yang
beroperasi di Hindia-Belanda, dan yang tidak mau menandatangani Korte Verklaring (perjanjian pendek) di Sumatera terutama Kesultanan Aceh dan Toba,
di mana kerajaan ini membuka hubungan dagang dengan negara-negara Eropa
lainya. Di sisi lain Belanda sendiri berusaha untuk menanamkan
monopolinya atas kerajaan tersebut. Politik yang berbeda ini mendorong
situasi selanjutnya untuk melahirkan Perang Tapanuli yang berkepanjangan hingga puluhan tahun.
Teuku Umar
Teuku Umar, lahir di Meulaboh, 1854 - Meulaboh, 11 Februari 1899) adalah pahlawan kemerdekaan Indonesia yang berjuang dengan cara berpura-pura bekerjasama dengan Belanda. Ia melawan Belanda ketika telah mengumpulkan senjata dan uang yang cukup banyak.
Tuanku Imam Bonjol
Tuanku Imam Bonjol, lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat, Indonesia 1772 - wafat dalam
pengasingan dan dimakamkan di Lotak, Pineleng, Minahasa, 6 November
1864), adalah salah seorang ulama, pemimpin dan pejuang yang berperang
melawan Belanda dalam peperangan yang dikenal dengan nama Perang Padri
pada tahun 1803-1838. Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan
Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973,
tanggal 6 November 1973.
Dr. Wahidin Sudirohusodo
Dr. Wahidin Sudirohusodo, lahir di Mlati, Sleman, Yogyakarta, 7 Januari 1852 – meninggal di Yogyakarta, 26 Mei 1917 pada umur 65 tahun, adalah salah seorang pahlawan nasional Indonesia. Namanya selalu dikaitkan dengan Budi Utomo karena walaupun ia bukan pendiri organisasi kebangkitan nasional itu, dialah penggagas berdirinya organisasi yang didirikan para pelajar School tot Opleiding van Inlandsche Artsen Jakarta itu.
KHA Dahlan
KHA Dahlan adalah pendiri Muhammadiyah
Dewi Sartika
Raden Dewi Sartika (lahir di Bandung, 4 Desember 1884 – meninggal di Tasikmalaya, 11 September 1947 pada umur 62 tahun) adalah tokoh perintis pendidikan untuk kaum wanita, diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia tahun 1966. Dewi Sartika adalah puteri dari suami-istri Raden Somanagara dan Raden Ayu Rajapermas. Waktu menjadi patih di Bandung, Somanegara pernah menentang Pemerintah Hindia-Belanda. Karena itu istrinya dibuang di Ternate. Dewi Sartika dititipkan pada pamannya, Patih Arya Cicalengka.
EFE Douwwes Dekker
Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (EFE Douwes Dekker) atau Danudirja Setiabudi lahir di Pasuruan 8 Oktober 1879. Ia adalah seorang peletak dasar nasionalisme. Ibunya adalah seorang Indo, karena neneknya adalah orang Jawa yang menikah pria Belanda. Sehingga darah pribumi mengalir di tubuhnya. Mungkin sebab itu juga, dia lebih suka disebut sebagai orang Indonesia daripada orang Belanda. Pada awal pergerakan Nasional bersama Ki Hajar Dewantoro dan dr. Cipto Mangunkusumo yang tergabung dalam Tiga Serangkai, Danudirja Setiabudi mendirikan organisasi Indische Partij. Bersama Ki Hajar Dewantara pula ia ikut dalam dunia pendidikan. Dan mendirikan sekolah “Ksatrian Instituut” di Bandung. Danudirja meninggal dan dimakamkan di Bandung tanggal 28 Agustus 1950. Dan mendapatkan gelar sebagai Pahlawan Nasional.
KH. Samanhoedi
Di kota Solo, Jawa Tengah, terdapat sebuah kecamatan yang bernama Laweyan. Kecamatan ini terkenal sebagai daerah orang kaya. Kebanyakan penduduk Laweyan hidup sebagai saudagar atau pengusaha batik. Salah seorang di antaraya ialah Haji Samanhudi. la dilahirkan tahun 1878 dengan nama kecil Sudarno Nadi. H. Samanhudi adalah pemrakarsa sekaligus pendiri ”Serikat Islam” pelopor pergerakan politik umat Islam di Indonesia. Pengetahuannya serba sederhana, namun bersifat luwes dan trampil.
Husni Thamrin
Mohammad Husni Thamrin lahir di Weltevreden, Batavia, 16 Februari 1894 – meninggal di Senen, Batavia, 11 Januari 1941 pada umur 46 tahun, adalah seorang politisi era Hindia Belanda. Sebagai tokoh Partai Rakyat Indonesia (Parindra) di Volksraad Thamrin dikenal mahir dalam berdebat. Thamrin tidak ragu dalam pidatonya memprotes kebijakan pemerintah kolonial. Pidatonya dilandasi dengan argumen kuat. Gaya pidatonya juga bukan nada menghujat lebih-lebih dengan bahasa kasar dan tajam. sekitar 1935 Thamrin dalam pidatonya di Volksraad menuntut kemerdekaan bagi rakyat Indonesia. Tuntutan Thamrin kian vokal kepada Belanda ketika ada kabar Jerman pada 1940 menduduki negerinya Ratu Wilhemina itu. Saat itu Ratu Belanda beserta pengikutnya mengungsi ke London, Inggris. Thamrin pun menggugat keabsahan Belanda memerintah Hindia Belanda.
Prof. Muhammad Yamin
Tempat Lahir : Sawahlunto, Sumatera Barat
Tanggal Lahir : Senin, 24 Agustus 1903
M. yamin termasuk salah satu pakar hukum dan juga merupakan penyair terkemuka angkatan pujangga baru. Ia banyak menghasilkan karya tulis pada dekade 1920 yang sebagian dari karyanya menggunakan bahasa melayu. Karya-karya tulis M. Yamin diterbitkan dalam jurnal Jong Sumatra. Ia juga merupakan salah satu pelopor puisi modern. M. Yamin banyak menulis buku sejarah dan sastra yang cukup di kenal yaitu Gajah Mada (1945), Sejarah Peperangan Diponegoro, Tan Malaka(1945) Tanah Air (1922), Indonesia Tumpah Darah (1928), Ken Arok dan Ken Dedes (1934), Revolusi Amerika, (1951)
Karir M. Yamin dalam dunia politik dimulai ketika ia diangkat sebagai ketua Jong Sumatera Bond pada tahun 1926 sampai 1928. Setelah itu pada tahun 1931, ia bergabung ke Partai Indonesia. Tetapi partai tersebut dibubarkan. Karir politiknya berlanjut ketika M. Yamin mendirikan partai Gerakan Rakyat Indonesia bersama Adam Malik, Wilipo, dan Amir Syarifudin.
Sebagai sastrawan, gaya puisi suami dari Siti Sundari ini dikenal dengan gaya berpantun yang banyak menggunakan akhiran kata berima. Tak hanya itu, ia pun disebut-sebut sebagai orang pertama yang menggunakan bentuk soneta pada tahun 1921 sekaligus pelopor Angkatan Pujangga Baru yang berdiri pada tahun 1933. Dibesarkan dalam dunia pendidikan yang berlatar belakang Belanda, bukan berarti Yamin, sapaannya, memihak Belanda yang kala itu menduduki Indonesia. Semangat nasionalismenya tetap berkobar dan dibuktikan dalam bentuk karya sastra dan menghindari kalimat yang kebarat-baratan.
M. Yamin juga merupakan anggota BPUPKI dan anggota panitia Sembilan di mana akhirnya berhasil merumuskan Piagam Jakarta. Piagam Jakarta ini merupakan cikal bakal dan merupakan dasar dari terbentuknya UUD 1945 dan Pancasila. Tercatat M. yamin juga pernah diangkat sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Setelah Indonesia merdeka, Yamin banyak duduk di jabatan-jabatan penting negara, di antaranya adalah menjadi anggota DPR sejak tahun 1950, Menteri Kehakiman (1951-1952), Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan (1953–1955), Menteri Urusan Sosial dan Budaya (1959-1960), Ketua Dewan Perancang Nasional (1962), dan Ketua Dewan Pengawas IKBN Antara (1961–1962).
M. Yamin meninggal pada tanggal 17 Oktober 1962. Ia wafat di Jakarta dan dimakamkan di desa Talawi, Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat
Ir. Soekarno
Lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21
Juni 1970 pada umur 69 tahun) adalah Presiden Indonesia pertama yang
menjabat pada periode 1945–1966. Ia memainkan peranan penting dalam
memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah
Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang
terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945.